BAB
I
PENDAHULUAN
Para
peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melakukan penelitiannya.
Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta
desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode
penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian
harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.
Penelitian
dapat kita lihat dari segi perspektif serta waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode sejarah mempunyai perspektif
historis. Banyak juga ahli yang mempersamakan metode sejarah dengan metode
dokumenter, karena dalam metode sejarah banyak data didasarkan pada
dokumen-dokumen. Tetapi sebenarnya metode sejarah tidak sama dengan metode
dokumenter, karena metode dokumenter dapat saja mengenai masalah dini dan tidak
perlu mengenai masalah masa lalu. Metode sejarah menggunakan catatan observasi
atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.
Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat
penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat
rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang
kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa,
waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong
objek-objek yang diobservasi.
BAB
II
PENELITIAN
HISTORIS
- Pengertian Penelitian Historis
Secara umum dapat
dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber
lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara
sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas
mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian
dilakukan.
Sejarah adalah
pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah
deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang
ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran[1].
Menurut Jack. R.
Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam
Nurul Zuriah, 2005: 51 penelitian sejarah adalah penelitian yang secara
eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi
apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan
biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara
sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau
peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Sementara menurut
Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah , 2005:
51 juga menyatakan
bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan
mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif
oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk
mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan
pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
·
Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu
(berorientasi pada masa lalu);
·
Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
·
Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative
anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
·
Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan
intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial)[2].
- Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi
tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan
mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa
lampau (Jhon W. Best, 1977 dalam Yatim Riyanto, 1996: 23 dalam Nurul Zuriah
2005: 52).
Sedangkan Donal Ary
(1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyatakan
bahwa penelitian historis untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang
bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses
bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan
meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar
yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Berikutnya Jack R.
Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul
Zuriah (2005: 52) menyetakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan
penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
·
Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu
sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa
lampau;
·
Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu,
untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
·
Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa
mendatang;
·
Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan
atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita
datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
·
Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara
lebih lengkap.
Dengan demikian,
tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini
dan masa mendatang[3].
- Ciri-Ciri Penelitian
Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode
sejarah adalah sebagai berikut :
a.
Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data
yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b.
Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer
dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara
internal maupun eksternal.
c.
Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta
mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang
tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d.
Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama
pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan
ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang
tidak pernah berhubungan[4].
- Langkah-Langkah Dalam
Penelitian Historis
Menurut M. Subana
dkk. 2005: 88, adapun kerangka penelitiannya yaitu :
·
Pendefinisian Masalah
·
Perumusan masalah
·
Pengumpulan data
·
Analisis data
·
Kesimpulan
Sebagai contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun
1965.
- Perumusan masalah :
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat
Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari
sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis,
bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic
deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme
merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita[5].
- Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan
data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat
diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber
primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1.
Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari
segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut
ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan
yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran
menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi
termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida,
candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b.
Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi
pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut,
secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh
dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan
sebagainya[6].
2.
Sumber Primer dan Sekunder
a.
Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang
orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang
merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau
sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara,
keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu
peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber
orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari
keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat
kabar[7].
BAB
III
PENUTUP
Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa penelitian historis adalah penelitian yang memfokuskan
pada masa lampau. Dimana tujuannya adalah untuk mengetahui apa dan bagaimana
suatu sejarah dapat terjadi.
Diantara ciri-ciri
penelitian historis adalah :
- Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data
yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
- Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data
primer dibandingkan dengan data sekunder.
- Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta
mengganti informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak
dikutip dalam bahan acuan yang standar.
Adapun kerangka
penelitiannya yaitu :
·
Pendefinisian Masalah
·
Perumusan masalah
·
Pengumpulan data
·
Analisis data
·
Kesimpulan
Dan yang terakhir sumber-sumber untuk penelitian
historis ini terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder serta remain dan
dokumen.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Nevins, Masters’ Essays in History, Columbia
Univ. Press, New York, 1933
M. Subana, dkk., 2005, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung
: Pustaka Setia
Moh. Nazir, 1988, Metode Penelitian, Jakarta :
Ghalia Indonesia
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan, 2009, Jakarta : Bumi Aksara
[1] A. Nevins, Masters’ Essays in
History, (New York: Columbia Univ. Press, 1933)
[2] Nurul Zuriah, Metodologi
Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 51-52
[3] Ibid., hlm. 52
[4] Moh. Nazir, Metode Penelitian,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 56
[6] Moh. Nazir, Op. Cit.,
hlm. 57
[7] Ibid., hlm. 58-59